Makasih ya, De (Chapter II)
Aku mengencangkan ikatan tali sepatu. Oke, saatnya
berlomba dengan waktu. Lima menit lagi bis yang melewati komplek perumahanku
lewat dan aku masih di teras rumah. 1... 2.... aku menghitung dalam hati,
3..... wushhh.. aku melesat menandingi angin. Melewati kerikil-kerikil kecil di
jalan, menginjak bunga orang, dan hampir tertabrak gerobak Mang Samin, penjual
bakso, karena kakiku tersandung lubang. Tepat saat aku sampai di halte bis, bis
muncul. Haduh, padahal napas saja belum ditarik. Bergegas masuk ke bis dan
mencari tempat duduk. Ketika pantatku sudah nyaman, aku menghela napas panjang.
Ini rekor tercepatku, lima menit berlari dari rumah ke halte. Kayaknya pak
Maun, guru olahraga, harus mempertimbangkan aku untuk menjadi atlet lari
sekolah.
“Makasih.” Aku meneguk air
mineral yang disodorkan orang di sebelahku, seteguk, dua teguk, aku menoleh. “Eh
Ade?” Dia nyengir. “Kenapa? Kamu kaget ya?”
Aku melotot, “Iya dong, kamu gak
masukin obat macem-macem kan di minuman ini?”
“Ya nggak dong. Lagian kamu,
langsung sosor aja pemberian orang. Coba kalau yang kasih minum orang jahat? Kamu
dalam bahaya.”
Aku bergedik tak acuh. “Ya
abisnya aku haus banget.”
“Abis ngapain sih keringetan
gini? Maaf ya aku nggak bawa tisu atau sapu tangan, jadi gak bisa ngelapin.”
“Ga usah sok care deh.” Aku
menyeka keringatku dengan tangan.
Ia tertawa dan terdengar
menjengkelkan di telingaku.
“Dikejar anjing kamu ya? Ngaku?”
“Idih, ga jelas. Mungkin kamu
yang akan kaget kalo ke rumahku nanti, aku punya banyak peliharaan anjing, dan ada
jenis herder sebagai penjaga rumah.”
Dia bergidik ngeri. “Yang bener
aja. Aku nggak percaya sebelum lihat yang sebenarnya.” Ngototnya.
“Oke, lihat aja ke rumahku, aku
nggak bohong kok.”
Dia tersenyum sumringah, kenapa? Tadi
ketakutan, sekarang senang. Dasar aneh.
“Bener ya nanti aku ke rumahmu.”
Aku sontak menggoyang-goyankan
tangan tak memperbolehkan, bisa gawat kalo dia ke rumah. Papa galak banget kalo
soal cowok yang datang ke rumah. Walaupun untuk kerja kelompok sekalipun. Makanya
kalau ada kerja kelompok aku sebisa mungkin menghindari sekelompok sama cowok
biar kalau sewaktu-waktu ngerjain nya di rumahku, mereka nggak akan risih kena
interogasi Papa. Kalo Mama sih senang-senang aja, dikiranya anak tercintanya
ini udah taken. Wajar sih, Mama suka gosip sama tante-tante tetanggga,
ngebangga-banggain pacar anak mereka, dan Mama akan mati kutu kalau mereka
bertanya tentangku.
“Nggak boleh, nanti kamu digigit
anjingku.”
“Cie perhatian.” Aku mendengus, “Tapi
nggak papa deh kena gigit, kan ada kamu yang akan mengobati lukaku. Eyakkk.”
Hih, cowok gila.
“Tetap nggak boleh.”
“Ya udah sih, aku bakalan tetep
ke rumah kamu, aku kan udah tau komplek rumahmu, pencarianku akan lebih mudah.”
“Please.. jangan.”
“Nggak.”
Aku memutar bola mata. Ya udah
deh kalo dia memang benar-benar mau dimarahin papa. Gak peduli. Gak peduli. Cowok macam dia ini gak akan berhenti
kalau keinginannya belum tercapai. Eh aku nggak bermaksud sok kecantikan ya
untuk bilang dia naksir aku, tapi udah ngertilah aku cowok macem gini. Kalo udah
dapet, pasti disepah. Cuih.
“By the way, thanks minumnya.”
Sampai di sekolah, Ade masih aja
ngebuntutin aku sampai ke kelas, padahal gedung kelasnya berseberangan
denganku, gak capek apa keliling sekolah. Oh iya, aku kasih tahu, Ade itu kakak
kelasku, dia kelas 11 dan aku kelas 10. Kami gak pernah kenal sebelumnya sampai
peristiwa preman kemarin membuat dunia kami bersinggungan. Aku udah tau kok
sama Ade, bahkan seisi sekolah udah tau, dia anak pintar yang terkenal karena
partisipasinya sebagai perwakilan sekolah di setiap lomba-lomba sains. Tapi bener
deh apa yang dibilang orang, kalau orang jenius itu pasti rada aneh
kelakuannya. Lihat tuh Ade.
“Bye Mashaku. Nanti aku kesini
lagi saat istirahat.”
"Oh iya, jangan rindu. Rindu itu berat, biar aku saja."
"Oh iya, jangan rindu. Rindu itu berat, biar aku saja."
Aku melengos saja, tak
menghiraukan perkataannya.
Dan bersiaplah Masha! Sudah banyak
berpuluh pasang mata di dalam kelas yang menyiratkan sorot bertanya. Ayolah,
aku bukan pelakor. Dan Ade bukan artis.
|GUNUNG MEGANG|
|FEB, 19th 2018|
Comments
Post a Comment